blues. irama yang selalu berhasil mengejekku setiap kali. mengapa rindu berwarna biru? mungkin rinduku abu-abu. apalah bedanya? bahkan pasir pun boleh berwarna putih. lalu pelahan-lahan kusibak tirai itu. sebuah pertanyaan yang naif, lugu, namun tak pernah jawabnya ditemu: mengapa aku merindukanmu.
lalu suatu malam yang masih muda, jawaban jatuh di telinga kananku. rindu itu pekerjaan sia-sia. dan aku tersadar. kuhentikan merinduimu, karena kutahu kau selalu menghuni dada kiriku dan menyapaku setiap detak. tiba-tiba semua pertanyaan itu kehilangan dirinya. Karena raga ku tak bisa menawarkan racun sang rindu.
ah kamu..tetap saja membuat ku rindu walaupun dini hari datang menjemputku. sedangkan blues tetap saja mengejekku.
lalu suatu malam yang masih muda, jawaban jatuh di telinga kananku. rindu itu pekerjaan sia-sia. dan aku tersadar. kuhentikan merinduimu, karena kutahu kau selalu menghuni dada kiriku dan menyapaku setiap detak. tiba-tiba semua pertanyaan itu kehilangan dirinya. Karena raga ku tak bisa menawarkan racun sang rindu.
ah kamu..tetap saja membuat ku rindu walaupun dini hari datang menjemputku. sedangkan blues tetap saja mengejekku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar