Berdiri di atas ketinggian di kejahuan gugusan Bukit Barisan. Di depan, jalan bebatuan berkelok-kelok, menikung, mendaki lalu menurun. Air mengalir berbunyi seakan –akan memberikan irama..Sepi..
Terik matahari siang seakan tegak di atas ubun-ubun kepala. Tapi tetap saja panas seakan tak menghitamkan kulit. Suara burung terdengar jelas sekali, bercengkrama pada sepi membuatku tersenyum mendengarkan sebuah orkestrasi. Kendahan yang tersembunyi, menantang keinginan hati untuk tinggal.
Siang itu, desa semendo, Muaraenim menyajikan aku sebuah pemandangan alam. Membangkitkan rasa ingin bertualang. Lalu mengajarkan aku pada sebuah kenyataan, ya kenyataan setelah aku menyaksikan potret kehidupan. Jauh di bawah gugusan barisan bukit yang menjulang. Aku melihat mereka berbaris, berbaris di depan rumah-rumah mereka menyaksikan lalu-lalangnya orang-orang yang datang menjamah harta nenek moyangnya.
Lagi-lagi aku melihat ketimpangan. Ironis sekali kenyataan. kehidupan mereka berbanding terbalik dengan kekayaan alam tempat mereka berpijak dan mati.
Haru..
70 Km perjalanan ini seperti membasuh pahit di hati. Ketika alam mereka membagikan bingkisan padaku, bingkisan embun yang tak kan terlupakan.
Terik matahari siang seakan tegak di atas ubun-ubun kepala. Tapi tetap saja panas seakan tak menghitamkan kulit. Suara burung terdengar jelas sekali, bercengkrama pada sepi membuatku tersenyum mendengarkan sebuah orkestrasi. Kendahan yang tersembunyi, menantang keinginan hati untuk tinggal.
Siang itu, desa semendo, Muaraenim menyajikan aku sebuah pemandangan alam. Membangkitkan rasa ingin bertualang. Lalu mengajarkan aku pada sebuah kenyataan, ya kenyataan setelah aku menyaksikan potret kehidupan. Jauh di bawah gugusan barisan bukit yang menjulang. Aku melihat mereka berbaris, berbaris di depan rumah-rumah mereka menyaksikan lalu-lalangnya orang-orang yang datang menjamah harta nenek moyangnya.
Lagi-lagi aku melihat ketimpangan. Ironis sekali kenyataan. kehidupan mereka berbanding terbalik dengan kekayaan alam tempat mereka berpijak dan mati.
Haru..
70 Km perjalanan ini seperti membasuh pahit di hati. Ketika alam mereka membagikan bingkisan padaku, bingkisan embun yang tak kan terlupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar