13 November 2008

385 km dan rindu





kembali lagi kuselami dirimu lewat secangkir kopi, sebuah lamunan. 385 km jarak membentang, perjalanan memasung rinduku.

3 komentar:

Artika sari mengatakan...

Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui...

Apakah kau masih selembut dahulu
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejaku....

Kabut tipis pun turun pelan pelan di Lembah Kasih Lembah Mandalawangi
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan-hutan yang menjadi suram,

Meresapi belaian angin yang menjadi dingin
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu ketika kudekap,

Kau dekaplah lebih mesra
Lebih dekat
Apakah kau masih akan berkata
Kudengar detak jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam cinta

Cahaya bulan menusukku
Dengan ribuan pertanyaan
Yang takkan pernah kutahu dimana jawaban itu

Bagaikan letusan berapi
Membangunkanku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri
Mencari jawaban kegelisahan hati

Anonim mengatakan...

mas, tanah air kita ternyata demikian luas, termasuk sumbagsel sendiri, ada sumsel , ada jambi, ada bengkulu, ada bangka belitung, dengan bentang alam dan masyarakatnya, dan kisah-kisahnya, dan bila "penjelajahan" ternyata adalah "life" atau bagian hidup kita, maka : jarak, ruang, dan waktu adalah kisah-kisah yang harus ada, dia lebih sebagai soal keindahan (dalam pertemuan, perpisahan, atau bahagia & sedih).

Anonim mengatakan...

saya setuju bung atas kommentnya, bahagia, sedih dan ketegangan adalah pupuk pada huruf-huruf yang tertera dalam pamflet cinta