KETIKA suatu masa atmosfer di sekelilingku penuh pejal dengan hal-hal menarik, begitu dinamik dan vital, grafik yang begitu fluktuatif menggemaskan; saat itu cinta menjadi begitu berkuasa dan kuat. rindu menjadi nafsu yang tak terbendung dan engkau, perempuanku, seperti hanyut dalam aliran ragu. Udara seperti padat dengan hawa hidup, sarat dengan bacaan bagi jiwamu yang terus tumbuh. Lalu ketika energi terkuras habis, lalu lelahlah jiwa-ragamu.
SAAT itu kemudian cuaca berubah, udara begitu hampa sehingga paru-paruku kurang udara. Otak menjadi serasa kosong seperti jiwa yang nelangsa. Semua semangat menguap seperti ruang dansa yang sepi seusai pesta. Seperti Tak ada cinta kuhirup dalam nafasku. Begitulah aku mulai meratapi cinta seseorang yang pergi, meninggalkanku sendiri bersama ketiadaan. Tak ada sajak, tiada Puisi saat ini.
KEMUDIAN kesendirian mengundangku untuk datang pada sebuah keramaian, keramaian yang dimana di sana aku mengenalmu. Seketika hati membiaskan sketsa pelangi, pelangi jingga yang membuatku merindui senyum mu, hanya senyum mu..
BEGITULAH, perempuanku, cara semesta bekerja menyeimbangkan dirinya agar tak berat sebelah komposisi di kanvas yang begini luas. Kekosongan-kepejalan menuju keseimbangan. Maka tiada saran lain kecuali memperjuangkannya.
1 komentar:
i miss u
Posting Komentar