Malam 23.00 Wib. laju roda membawaku kembali. kembali menjumpai objek kerinduan. rasanya sudah lama sekali tak pulang. padahal baru sebentar ketika kulihat tanggalan. penat sepertinya tak tertahankan lagi, rasa bosan dengan rutinitas mengabdi pada pekerjaan. membuat jiwa semakin keras. mungkin lapangan serta kondisi menempa jiwa.
Namun aku rindu. rindu dengan ketenangan rumah dan seisinya. rindu dengan hembusan angin jendela kamar. rindu dengan kepulan asap rokok yang melewati lubang-lubang angin tempat tidur.
tentu saja aku merindui dia. ya dia yang selalu saja membuatku merasa terpuruk dalam rindu. waktu tak terasa berlalu seiring dengan putaran roda-roda yang membawaku kembali. 4.00 pagi sepatu kusam ini menginjak beton cor depan rumah. terpaksa loncat pagar karena gembok menghalangi langkah.
aku pulang, rumah dan seisinya., bisik dalam hati. aku rindu kalean. apalagi kamu. padahal kamu dekat di hatiku, dekat sekali bahkan. tapi aku tak bisa menjangkau kamu. seperti jauh sekali. rindu mungkin penyebapnya. aku maklum. karena aku manusia.
namun malam ini langkah segera membawaku pergi,
Baca Selengkapnya....
Namun aku rindu. rindu dengan ketenangan rumah dan seisinya. rindu dengan hembusan angin jendela kamar. rindu dengan kepulan asap rokok yang melewati lubang-lubang angin tempat tidur.
tentu saja aku merindui dia. ya dia yang selalu saja membuatku merasa terpuruk dalam rindu. waktu tak terasa berlalu seiring dengan putaran roda-roda yang membawaku kembali. 4.00 pagi sepatu kusam ini menginjak beton cor depan rumah. terpaksa loncat pagar karena gembok menghalangi langkah.
aku pulang, rumah dan seisinya., bisik dalam hati. aku rindu kalean. apalagi kamu. padahal kamu dekat di hatiku, dekat sekali bahkan. tapi aku tak bisa menjangkau kamu. seperti jauh sekali. rindu mungkin penyebapnya. aku maklum. karena aku manusia.
namun malam ini langkah segera membawaku pergi,