21 November 2008

Ya, ia berwarna biru





malam ini, pada lorong-lorong kereta aku hadapkan pandanganku. Lurus ke depan Tak mau menengok keluar jendela, takut pandangan menjadi pecah karena terlalu jauh. Segelas kopi, sebatang rokok lalu melamunkan kamu yang terbekap rindu. Pulang, aku segera pulang. Kereta ini mengusungku untuk melepasmu dari bekapan rindu. Percayalah, nasib kita sama. Ya, ia berwarna biru..
Rindu..

Baca Selengkapnya....

17 November 2008

Diantara sambungan gerbong kereta


Sudah lama tak naik kereta, malam ini 20.30 wib tampak seperti 2 tahun yang lalu.
Ya, 2 tahun yang lalu terakhir kalinya bercengkrama dengan gerbong - gerbong dan suara gesekan baja rel kereta, sepertinya rindu ini mulai terobati. KA Sindang Marga namanya, Jurusan palembang - Lubuk linggau, 2 Tahun lalu naik kereta ini ketika mau melihat sunrise di Bukit Kaba. Cuma malam ini naiknya di gerbong orang kaya, Excecutive class, yang wc-nya tidak begitu mengeluarkan bau anyir, seperti kelas ekonomi. Tapi tetap saja aku duduk diantara sambungan gerbong kereta karena tak kebagian tempat dan tiket lagi. cukup nyaman karena tak perlu berdesak - desakan dengan sesama penumpang untuk meletakkan pantat diatas koran. Ya tadi sempat beli koran yang terbitnya sudah dua hari yang lalu, Harganya 1000 rupiah. sebagai teman pantatku untuk sampai ke stasiun tujuan.


Kereta mulai berjalan perlahan, lalu perlahan - lahan mulai menambah kecepatan, guncangan - guncangan mulai terasa, suara - suara bising mulai mengganggu pendengaran. Kulihat sebentar kedalam gerbong kereta, tampak orang - orang duduk dengan asiknya, AC-nya dingin dan suara suara bising tidak sampai ke telinga mereka, karena pintu2 tertutup rapat daripada menimbulkan rasa iri, lalu aku mulai membuang pandanganku keluar pintu kereta, hanya warna gelap tersajikan disini sesekali tampak warna kuning menyala dari kejauhan. Bingung mesti harus bagaimana, kepengen baca buku tapi lupa dibawa, padahal sore tadi sedang asik baca buku
"Tenggelamnya kapal Van Der wick" miliknya Hamka pinjaman ibu dari perpustakaan sekolah. rencananya mau bawa dua buku, buku Hamka dan buku Es. Ito " rahasia meede". untunglah pena masih terbawa, jadi bisa menulis.

Kereta api mulai terasa cepat.
malam pun semakin menunjukkan gelapnya, kereta api dulu merupakan alat transportasi idola ketika masih kuliah, kemana-mana pasti naiknya kereta api, gerbong ekonomi pastinya. Karena kelas ekonomi sangat sesuai sekali dengan kantong celana serta uang yang diberi oleh ibu. Ketika kereta mulai berjalan biasanya peluh tubuh mulai menetes perlahan - lahan, karena panas matahari mulai membuat pengap seisi kereta,Teriakan - teriakan penjual minuman, nyanyian- nyanyian pengamen jalanan, ditambah lagi bau-bau tak sedap dari berbagai sudut kereta, semua menjadi satu kesatuan yang utuh apalagi kalau kereta api sedang berhenti bau pesing berhamburan mengantri masuk kelubang hidung, jadi tak sabar ingin segera sampai.


Sebuah petualangan perjalanan dengan transportasi ini, banyak hal yang bisa aku saksikan mulai dari garis kemisikinan yang terlihat jelas, hingga kekerasaan.yang terkadang terlihat jelas didepan mata kepalaku. Kehidupan yang keras menempah mereka menjadi pribadi yang bengis, berpacu melawan dinginnya angin gerbong kereta, berlomba dengan cepatnya laju kereta tetapi akrab dengan peluh dan sumpeknya kereta, menyaksikan rawa dan hutan -hutan yang tampak belukar melewati stasiun demi stasiun untuk mencapai stasiun tujuan, menjalani proses untuk sampai dengan peluh serta pusing akibat sumpeknya kereta, ya seperti proses untuk menjadi dan terus menjadi manusia yang seutuhnya, seperti proses hidup untuk menjadi manusia yang benar - benar manusia, lahir, tumbuh menjadi balita, kemudian menjadi remaja lalu menjelma menjadi dewasa, seperti proses menumpang kereta.


Malam semakin tinggi, namun mata belum terasa berat, rasanya aku mulai akrab lagi dengan suasana semacam ini, dua tahun yang lalu sepertinya telah kembali. Diatas sana bulan secuil menerangi lajunya gerbong kereta.


Sindang marga, 16 november 08
Diantara sambungan gerbong kereta.

Baca Selengkapnya....

13 November 2008

385 km dan rindu





kembali lagi kuselami dirimu lewat secangkir kopi, sebuah lamunan. 385 km jarak membentang, perjalanan memasung rinduku.

Baca Selengkapnya....